Begitu tahu kalau 17 Agustus jatuh pada hari Jumat dan berpotensi pada kemungkinan bisa libur panjang karena hari Rabu setelahnya adalah Idul Adha, saya dan suami langsung cek ke kantor masing-masing apakah kami boleh cuti pada hari Senin dan Selasa tanggal 20 dan 21 Agustus-nya. Begitu kedua kantor bilang boleh, kami langsung memutuskan untuk melaksanakan road trip yang emang dari dulu kami pengen banget. Awalnya, tujuan dari road trip ini cuma ke Jepara aja. Tapi hotel yang kami ingin penuh dong di tanggal 18-20 Agustus. Jadi kami book-nya mundur jadi tanggal 19-21 Agustus. Terus kami jadi bingung dua hari pertama mau kemana haha. Kebetulan salah satu bucket list dari suami adalah lihat sunrise dari Candi Borobudur. Maka dari itu kami putuskan untuk ke Candi Borobudur sebelum ke Jepara. Terus tapi tetap kami masih punya kebingungan sehari lagi yaitu hari pertama kemana dong? Kalau dipaksa langsung ke Borobudur atau Yogyakarta koq kaya terlalu jauh, nanti malah sampe-sampe udah malem dan ga bisa menikmati apa-apa lagi. Akhirnya, setelah lihat peta lagi dan lagi, kami memutuskan untuk ‘singgah’ di Purwokerto.
Baca juga : Catching Sunrise in Borobudur [Road Trip Kemerdekaan Part 2]
For video footage of this post, check it out here
Sering banget sih denger kota ini, tapi selama ini paling cuma lewat doang kalau lagi road trip sama keluarga. Jadi no idea kotanya bakal kaya gimana. Setelah memutuskan singgah di Purwokerto, kebingungan kedua adalah mau nginep dimana. Apa mau sekalian di Baturaden gitu? Tapi saya ataupun suami udah pernah beberapa kali ke Baturaden. Jadi kami putuskan buat menginap di Purwokerto aja. Karena cari hotel di Purwokerto-nya mepet, jadinya kamar-kamar nya antara sudah habis atau over budget. Sampai kami menemukan satu hotel namanya Hotel Besar.
Baca juga : [Hotel Review] Feeling Nostalgic at Hotel Besar Purwokerto
Kami berangkat dari Bandung jam 8. Prediksi awal kami Bandung-Purwokerto akan memakan waktu sekitar 6 jam. Tapi berhubung kami kemarin berangkat tanggal 17 Agustus, dari awal memang agak khawatir sih bakal banyak kecegat pawai kemerdekaan. Yang ga sangka adalah, hal itu beneran kejadian, haha. Kami kecegat pawai di Nagrek selama 3 jam. Sampai saya lapar rasanya nungguin macet. Abis lepas macet, kami memutuskan untuk mampir makan siang di Mergosari. Tau ga sih Mergosari? Restauran ini lumayan banyak di sepanjang jalan, semacam Pringsewu atau Pringjajar. Nah sebelumnya, maaf banget nih saya lupa banget untuk foto makanannya saking laparnya huhuhuhu. Ini tetap saya ceritakan ya. Di Mergosari ini makannya disajikan ke meja. Disajikan ayam satu ekor di satu piring, sate empal/gepuk, sambal ulek, tahu tempe, lalap, dan nasi putih. Kalau mau nambah bisa bilang nanti dibuatkan. Kemarin kami nambah tempe mendoan, dan minta sambal yang tidak pedas. Menurut saya, yang paling enak di Mergosari ini adalah : sambelnya yang seger banget dan ga terlalu pedas. Pas banget buat makan ayam goreng hehe. Untuk bayarnya, nanti ke kasir dan sebutkan satu-satu makanan yang kami ambil. Oh iya, seperti umumnya, teh panas gratis.
Setelah kenyang makan siang, kami lanjut jalan dan untungnya ga ketemu pawai lagi. Jadi total perjalanan Bandung-Purwokerto memakan waktu 9 jam. Kami sampe di hotel sekitar jam 5, lalu langsung ke hotel, check in, terus mandi dan siap-siap untuk makan malam. Perjalanan menuju Purwokerto, by the way, dipenuhi dengan banyak pemandangan cantik-cantik. Memang ya kalau road trip ke Jawa Tengah itu pasti banyak ketemu pemandangan sawah-sawah cantik.
Sewaktu mencari restauran untuk makan malam, salah satu teman kami diberi rekomendasi untuk nyobain Mie Adong. Katanya enak banget dan wajib coba. Bingungnya, pas kami cari di Google Maps, ga nemu restoran namanya Mie Adong, malah yang suggestion paling atas adalah Restauran Cahaya Mas. Setelah google lebih lanjut lagi, ternyata memang Mie Adong ini ya adanya di Restauran Cahaya Mas. Jadi kami langsung start directions di GPS untuk menuju kesana.
Sampai disana, wah ternyata besar ya tempatnya, haha. Restauran-nya khas restauran Chinese food gitu. Banyak juga terdapat oleh-oleh dijual disana, dan ada satu dinding yang dipenuhi dengan kalender-kalender.
Selain pesan Mie Adong, kami juga pesan Nasi Putih, Cap Cay Goreng Ayam, dan Puyunghai. Laper, sis, soalnya, dan makan mie doang takut kurang kenyang, haha. Setelah agak lama, makanan kami pun datang, yeay!
Oh ya, Mie Adong ini non-halal ya. Jadi untuk teman-teman yang tidak memakan pork, mungkin bisa makan Chinese food-nya, atau pesan mie ayam aja. Mie Adong nya sendiri rasanya enak banget sih. Daging yang jadi topping mie nya juga enak dan bentuknya baik. Maksudnya bentuknya baik, kami suka menemukan di tempat mie lain yang bentuk dagingnya aneh, warnanya gelap atau banyak tulang mudanya. Kalau ini ngga sih, dagingnya putih dan tidak banyak tulang muda nya. Makin enak jadinya.
Di keluarga saya dan suami, biasanya cap cay tidak dimasak dengan tomat. Tapi di beberapa restoran Chinese food yang pernah kami singgahi dan beberapa teman kami pun keluarganya masak cap cay dengan tomat. Nah, Rumah Makan Cahaya Mas ini salah satunya. Saya prefer yang gak pakai tomat sih, walaupun pakai tomat pun ga bikin jadi ga enak hehe. Isi dari cap cay nya, surprisingly, malahan banyakan dagingnya haha. Saya sih senang, karena saya ga gitu suka sayuran. Puyunghainya rasanya seperti puyunghai pada umumnya. Kuahnya pas rasa asem manisnya.
Overall, Mie Adong nya enak banget, dan Chinese food nya normal enak 🙂 We’re pretty pleased eating there.
Habis itu kami semua kekenyangan dan memutuskan buat balik ke hotel dan tidur/leyeh-leyeh aja.
—
Besok paginya, kami sarapan jam 8an. Sarapannya disediakan sampai jam 10. Habis itu, sambil menunggu waktu buat makan siang, kami memutuskan buat muter-muter sekitar hotel. Ingin lihat-lihat aja sih ada apa dan seperti apa kota Purwokerto ini. Tapi setelah 5 menit jalan kami merasa kaya tanggung nih. Soalnya ada kampung pelangi di Purwokerto ini yang ga terlalu jauh dari hotel. Akhirnya kami malah memutuskan buat sekalian aja mampirin kesana. Tapi ternyata, jalan kaki ke Kampung Pelangi ini lumayan jauh, guys. Sekitar 20 menit dari hotel! Untungnya trotoar di Purwokerto ini lebar-lebar. Jadi jalan kaki lumayan nyaman. Ada sih di beberapa tempat yang trotoarnya hilang haha. Tapi selebihnya trotoarnya besar dan nyaman untuk jalan kaki.
Berhubung sebelumnya kami memang sudah google dulu, kami sudah tau kalau kampung pelangi ini cuma satu jalanan saja. Ga sampai satu kampung gitu.
Kalau dilihat memang terlihat agak biasa aja. Tapi pas difoto sih cakep loh. Apalagi banyak gambar-gambar yang bisa jadi background buat foto cakep.
Walaupun warna nya lebih ke pastel dibanding merah/kuning gonjreng/hijau stabilo a la gambar pelangi pada umumnya gitu, tapi tetap cantik buat difoto. Ada aja cat atau gambar yang sudah agak ngelotok atau pudar, tapi pas difoto sih masih cantik-cantik aja. Oh ya, ke kampung pelangi ini gratis, ga dipungut biaya apapun. Hanya disediakan kotak kecil untuk sumbangan kebersihan.
Setelah puas foto-foto disana, kami balik lagi ke hotel untuk check out dan rencananya ingin makan soto yang direkomendasikan beberapa teman kami. Namanya soto/sroto sokaraja. Yang direkomendasikan adalah Soto H. Loso yang berada di Jalan Bank, yang ternyata malah ngelewatin kampung pelangi itu dong. Jadi kami malah bolak balik ngelewatin kampung pelangi lagi pas on the way menuju kesana, haha. Soto H. Loso ini ada dua di Jalan Bank yang letaknya sebrang-sebrangan. Kami pilih yang tempatnya terlihat lebih sepi dan lebih adem dong tentunya, soalnya sotonya sama aja katanya.
Sotonya ini beda dari soto lain yang pernah saya coba. Isinya ada lontong, ayam (tentunya), toge kecil, dan kerupuk mie. Uniknya, kuahnya terasa kuat rasa kacangnya. Kami berempat fifty-fifty, dua dari kami ga terlalu cocok dengan rasanya, tapi dua lagi merasa sotonya enak.
Selain itu, di Soto H. Loso ini juga tersedia es duren, yang juga merupakan rekomendasi restoran ini. Saya nih cuma doyan duren kalau udah jadi es duren, tapi yang es krim gitu loh. Sedangkan es duren disini lebih mirip ke sop duren. Jadi akhirnya hanya satu teman kami yang mencoba pesan. Katanya sih enak loh 🙂
Habis kenyang makan, maka kami pun cus berangkat ke tujuan selanjutnya, yaitu Borobudur.
Overall, Purwokerto’s been very nice. Kotanya sudah lumayan maju, jalanannya dipenuhi trotoar, dan kiri kanannya dipenuhi toko-toko dan bebungaan.
You must be logged in to post a comment.