Salah satu wahana yang paling awal kita tentukan pas tau mau ke Yogyakarta kemarin adalah yang satu ini. Naik jip keliling trek erupsi Gunung Merapi. Maka dari itu yang paling awal getol saya riset adalah cari paket turnya. Karena ya ga punya mobil jip sendiri haha. Banyak-banyak riset di Google kebanyakan memberi paket yang sama: sunrise, short trip, medium trip dan long trip. Berhubung waktu itu kita berdelapan dan cuma ingin supaya aktivitas ini menghabiskan setengah hari saja, akhirnya kita mengambil yang short trip. Untuk short trip ini, spot yang akan dikunjungi adalah : Batu Alien, Museum Sisa Hartaku, Bunker Kaliurang, dan Manuver Kali Kuning. Nanti saya share di paling akhir post ini ya tur yang saya pakai.
Saya janjian dengan Pak Widi, pengurus travel-nya untuk berangkat jam 8. Jadi sebenarnya dari jam 7 sudah bisa mulai berangkat. Tapi kayanya kepagian, apalagi titik mulai berangkat dari daerah Kaliurang, yang kira-kira 1 jam jauhnya dari tempat kita menginap di pusat kota Yogyakarta. Nah kalau menginapnya di daerah Kaliurang katanya bisa dijemput sih. Kami sampai di titik ketemuan. Pak Widinya masih on the way sih, tapi ada yang jaga dan katanya Jeep nya sudah disiapkan. Setelah siap-siap pakai sunscreen, pipis dan lainnya, maka kita langsung jalan naik Jeep-nya. Berhubung kita 8 orang, kita pakai 2 mobil jip soalnya 1 jip maksimal cuma 4 orang.
Adik saya yang duduk di depan gara-gara kakinya pas turun dari mobil kena knalpot motor. Kasian banget kalau harus duduk di belakang kena angin + abu. Jadi saya, suami, dan cici ipar duduk di belakang. Kesan pertama naik jip duduk di belakang : waw takut jatuh ya haha. Soalnya biasa kan duduk di mobil di depan selalu pakai seat belt. Ini ngga, jadi takut kelempar banget, apalagi kan terbuka gitu bagian belakangnya. Kesan kedua : waw dingin ya angin-angin haha. Mana rambut terbang-terbangan pula, langsung gercep nguncir rambut sebelum kusut.
Batu Alien
Setelah sekitar 20 menit, kami akhirnya sampai di atraksi pertama yaitu Batu Alien. Kenapa namanya batu alien? Karena katanya batunya menyerupai muka alien.
Berikut ini adalah bagaimana penampakan si batu alien seharusnya. Gambar dibawah adalah foto dari foto dari Batu Alien yang saya ambil di Musem Sisa Hartaku (nanti kita kesana, ceritanya masih di bawah-bawah).
Driver berasa pemandu kami, Pak Angling, bilang batu ini terlempar dari Gunung Merapi sejauh 7 km. Waktu kita sampai kemarin itu mataharinya lagi pas banget nyorotnya ke bagian belakang batunya persis. Jadi permukaan batunya gelap banget. Dan cupunya (saya), hasil fotonya waktu itu banyak biasnya gitu.
Dan kayanya memang seiring berjalannya waktu, batunya sendiri sudah lebih rata dibanding foto di atas. Tidak banyak cegokannya lagi. Ini foto ramean yang difotoin Pak Angling yang jago memoto.
Di sekitar area batu alien ini, selain batunya, pemandangannya juga cantik banget. Dibalik pagar kayu yang dipasang ada jurang yang katanya dulunya dilewati Sungai Gendol. Sewaktu Gunung Merapi meletus dulu lavanya sampai ke Sungai Gendol dan mengalir sampai ke Klaten.
Di tempat yang lebih dekat ke parkiran Jeep, ada juga tempat berfoto bersama burung hantu. Burung hantunya sendiri ada beberapa macam, dan biaya fotonya Rp 10.000,00.
Kita agak lama di area Batu Alien ini soalnya driver rasa pemandu kita, Pak Angling, dengan kreatifnya mau foto-fotoin kita disini banyak-banyak dengan berbagai trik. Bisa foto seperti kita sedang mengangkat batu besar, foto berdua dengan diri sendiri dan sebagainya. Selain itu Pak Angling ini juga banyak cerita tentang masing-masing lokasi.
Musem Sisa Hartaku
Setelah lumayan lama di Batu Alien karena ya maklum berdelapan pada ga beres-beres fotonya haha, kami akhirnya melanjutkan perjalanan menuju area Museum Sisa Hartaku. Jadi musem ini dibuat di satu rumah yang memang kena imbas parah dari letusan Gunung Merapi. Di dalamnya banyak dipajang peninggalan warga dan foto-foto kejadian.
Yang paling pertama kita lihat pas masuk adalah foto hujan abu di titik 0 kota Yogyakarta yang jaraknya dari Gunung Merapi hampir 30 km.
Masuk ke ruangan sebelahnya adalah bukti jam erupsi Merapi yaitu pada hari Jumat tanggal 5 November 2010, jam 00.05 dini hari.
Di museum ini banyak juga dipajang barang-barang yang meleleh terkena awan panas dari erupsi Gunung Merapi, seperti televisi, botol beling, tabung gas, rangka tempat tidur, termos dan peralatan dapur lainnya.
Ada juga perkakas bekerja rakyat yang tersisa dan penuh debu.
Banyak juga foto-foto sewaktu letupan, foto-foto bunker Kaliadem sebelum erupsi.
Museum ini dulunya rumah warga yang terkena imbas letupan Merapi. Katanya putri dari pemilik rumah selamat dan sekarang berjualan di depan museum ini. Berikut adalah denah rumah sebelum Merapi meletus. Sekarang hanya sisa bangunan yang tengah dan belakang.
Di bagian depan dari museum ini banyak kios berjualan. Ada yang menjual souvenir, baju, dan air minum. Kami beli masker karena debunya memang terasa sekali sewaktu di jalan.
Bunker Kaliadem
Habis beli masker dan beli minum, kami lanjut lagi ke Bunker Kaliadem. Jadi bunker ini memang disediakan untuk warga menyelamatkan diri. Waktu kita kesana areanya lagi dibangun, jadi supir Jeep wajib meminta tiket. Setelah parkir, para ibu-ibu malah beli buah salak coba haha. Tapi salaknya memang enak sih.
Untuk ke bunkernya ada tangga turun dahulu.
Bunkernya sendiri gelap dan pintunya juga tebal. Katanya waktu erupsi tahun 2010 itu ada dua warga yang berhasil mencapai bunker ini. Sayangnya, lava panasnya berhasil masuk ke dalam bunker dan air di kamar mandinya mendidih dan kedua warganya pada akhirnya tidak selamat. Kebayang ga sih udah sampai bunker tapi tetap ga selamat hiks sedih banget.
Gundukan di bawah ini katanya adalah lava yang mengeras. Mencekam banget ya isi di bunker ini.
,
Kita ga terlalu lama-lama disini karena ramai sekali. Dan sedih banget juga liatnya, tempat yang seharusnya bisa buat aman pun tetep kalah sama amukan Merapi.
Manuver Kali Kuning
Setelah dari bunker, kami menuju ke destinasi terakhir tur ini yaitu Manuver Kali Kuning. Kali Kuning sendiri adalah nama daerah wisata di lereng Gunung Merapi. Di manuver Kali Kuning ini ada area bebatuan yang dilewati air bersih sehingga kita bisa merasakan sedikit rasa off-road sambil basah-basahan. Ini tergantung sih, kalau memang gamau basah bisa minta ke supirnya.
Jip kami dan Pak Angling. Kami sempat turun dari jip sebentar untuk main air sedikit. Ini airnya jernih dan sejuk sekali loh.
Sudah deh kita habis dari sini langsung balik lagi menuju titik ketemuan. Waktu itu udah sekitar jam sebelas juga. Memang sudah diperkirakan supaya pas selesai langsung ganti baju (karena basah kaaan) lalu makan siang. Lumayan juga sih abis basah-basahan terus angin-anginan naik jip ke tempat semula haha. Untungnya kami sudah bekal tolak angin juga supaya ga masuk angin. Di jalan balik ke tempat ketemuan, we met this gem:
Overall,
Tur ini seru! Jadi banyak tau soal erupsi Gunung Merapi dan daerah sekelilingnya. Ga nyangka juga naik jip angin-anginan itu seru. Apalagi ditambah driver kami, Pak Angling, sangat aktif bercerita, foto-fotoin dan mau mengajak kita seru-seruan. Sampai disuruh bikin yel-yel segala sambil divideoin. Kita rame sendiri disana beneran deh gara-gara Pak Angling. So credit should go where it deserves, to Pak Angling, to make this trip even more enjoyable!
Tips ikut tur jip keliling trek Merapi :
- bawa masker, soalnya debunya parah banget
- bawa jaket karena bakal angin-anginan di jip
- bawa kuncir rambut, masih karena bakal angin-anginan di jip
- bawa minum dan cemilan karena durasi tur agak lama
- kalau ga mau basah di manuver Kali Kuning, jangan lupa bilang dulu ke supir jip-nya.
- kalau oke dengan basah-basahan, berarti harus bawa baju ganti
- kalau picky dengan tipe Jeep-nya, ada baiknya ditanyakan dulu sewaktu book
Brosur tur yang kami pakai:
Last, cheers to our Jeep yang bawa kita muter-muter 🙂
You must be logged in to post a comment.