Orang Sunda itu Lebih Seru

Saya orang Sunda sih, dibesarkan di Bogor. Tapi saya sendiri suka bingung kenapa orang Sunda begitu.

Begitu gimana maksudnya? Mari simak. Contoh:

Bahasa Indonesia : “Gua kemarin mau beli baju, tapi warna merahnya ga ada, jadi ga jadi beli.”

Orang Sunda : “Gua teh kemarin mau beli baju, tapi warna merahnya ga ada, jadi ga jadi beli.”

Kata sisipan ini tidak bermakna dan tidak ada purpose nya. Tapi tanpa kata sisipan, percakapan menjadi hampa *tsah* Nah di Bandung ini, ‘teh’ ini bisa disisipkan lebih dari satu kali di satu kalimat. Jadi kalau di Bandung, umumnya kalimat di atas jadi begini:

Disisipkan ‘teh’ (3x) :
“Gua teh kemarin mau beli baju, tapi teh warna merahnya teh ga ada, jadi ga jadi beli.”

Lalu, kata sisipan itu bukan cuma ‘teh’, tapi ada juga ‘yah’ dan ‘jah’.

Disisipkan ‘teh’ (3x), ‘yah’ :
“Gua teh kemarin mau beli baju yah, tapi teh warna merahnya teh ga ada, jadi ga jadi beli.”

Disisipkan ‘teh’ (3x), ‘yah’, ‘jah’ :
“Gua teh kemarin mau beli baju yah, tapi teh warna merahnya teh ga ada, jadi jah ga jadi beli.”

Nah, sejak di Bandung juga saya menyadari kalau kebanyakan di Bandung ini lebih banyak memberi ‘pause’ pada kalimat. Jadi begini:

Disisipkan ‘teh’ (3x), ‘yah’, ‘jah’, dan pause :
“Gua teh [pause] kemarin mau beli baju yah [pause] tapi teh [pause] warna merahnya teh ga ada, jadi jah ga jadi beli.”

Yang berikut ini biasa terdengar diaplikasian di pembicaraan sehari-hari yang tidak sengaja saya dengar. Jadi, kalau kira-kira percakapan ini terjadi di antara dua orang yang sangat dekat (dan mungkin masih muda, misalnya antar mahasiswa), maka semua bentuk pause akan diganti menjadi ‘j*ng’ (you know where that came from), dan kata saya akan berubah menjadi a*ng (the harshest form of ‘saya’):

A*ng teh j*ng kemarin mau beli baju yah j*ng tapi teh j*ng warna merahnya teh ga ada j*ng jadi jah ga jadi beli.”

 

Mari kita lihat perbedaannya:
“Gua kemarin mau beli baju, tapi warna merahnya ga ada, jadi ga jadi beli.”
“A*ng teh j*ng kemarin mau beli baju yah j*ng tapi teh j*ng warna merahnya teh ga ada j*ng jadi jah ga jadi beli.”

 

Dua kalimat dengan arti yang sama. How effective #sarkasmislife

Tapi kalimat mana sih yang lebih seru, apalagi kalau lagi ngobrol diantara teman? Yang kedua bukan? Jadi intinya : orang Sunda itu lebih seru, ya gak??? :))

 

*post terinspirasi dari dua mahasiswa di tempat makan yang sedang mengobrol tentang belajar ujian:
“Aing teh j*ng kemaren j*ng udah belajar j*ng dari jam tujuh j*ng tapi tadi ga ada yang keluar di ujian j*ng”