Disclaimer : this is a subjective review. Also, spoiler alert.
Prolog
Udah lama banget pengen nonton TV Series ini, karena beken banget dan semua orang bilang bagus. Dan penasaran sama Dylan Minnette sekarang kaya apa (dulu nonton di satu episode di Grey’s Anatomy, yang mana dia trick or treat ke dokter-dokter buat operasi kuping dong huhu lucu banget). Tapi ga nonton-nonton karenaaa provider yang saya pakai ngeblok Netflix huhu. Di HP maupun WiFi di rumah. Tapi belakangan kantor ganti provider dan provider yang sekarang ga blokir Netflix uhuy. Jadilah saya mulai nonton episode pertama di kantor pas makan siang. Terus bagus dan sepenasaran itu sampe akhirnya beli kartu perdana operator lain supaya bisa nonton. LOL. Anyway, mari kita lanjut ke sinopsisnya.
Baca juga lanjutannya ya : Review 13 Reasons Why Season 2 (Bahasa Indonesia)
Sinopsis
13 Reasons Why bercerita tentang seorang anak SMA yang bunuh diri bernama Hannah Baker. Sebelum bunuh diri, Hannah merekam dirinya berdialog tentang 13 alasan kenapa dia bunuh diri. Dan masing-masing alasan direkam di satu side kaset (FYI, kaset itu ada dua side). Kaset-kaset ini dipercayakan oleh Hannah ke salah satu temannya supaya disimpan dan diedarkan ke orang-orang yang ada di kaset tersebut. TV Series ini dimulai sewaktu kaset ini jatuh ke tangan Clay Jensen (Dylan Minnette), yang bingung kenapa dia bisa masuk ke list-nya Hannah. Dan satu demi satu episode nyeritain tentang orang-orang yang menurut Hannah turut andil dalam membangun niatnya untuk bunuh diri. Selain itu diceritakan juga bagaimana orang tua Hannah (tidak) menerima kematian anaknya.
Review
Dari sisi cerita, ini fresh dan original banget. Belum pernah nemuin cerita kaya gini. Cara series ini cerita juga bikin penasaran terus. Dan kebawa juga sama Clay ikut penasaran kenapa bisa ada tape ini, kenapa dan apa yang Clay lakukan sampai dia bisa ada di tape Hannah. Awal-awal episode masih agak enteng untuk ditonton, makin ke belakang makin berasa berat ceritanya, dan makin mengerti apa yang bisa membuat Hannah stres. Karena di tape nya Hannah bercerita flashback, jadi alur di film nya juga bolak-balik. Tapi gak pusing koq, soalnya yang bikin film pinter kasih tanda-tanda perbedaan masa sekarang dan masa lalu, dari potongan rambut dan bekas luka, misalnya.
Mungkin kalian akan agak familiar dengan sebagian aktor-aktor di 13 Reasons Why karena beberapa sudah wara-wiri di TV Series lain dan berita-berita. Seperti yang tadi saya bilang, Dylan Minnette pernah main di Grey’s Anatomy, Kate Walsh (juga) di Grey’s Anatomy, Ross Buttler di Riverdale Season 1, dan Brandon Flynn adalah mantan pacar penyanyi Sam Smith. Kudos banget buat aktor-aktornya karena beneran membuat frustasi, bingung, dan takutnya kerasa. Yang paling berkesan buat saya adalah akting dari Kate Walsh yang bikin kita super simpati sama ibunya Hannah dengan betapa menderita dan tidak terimanya seorang ibu kalau anaknya bunuh diri. Dylan Minnette juga sukses banget jadi pemeran utama yang bikin rasa bingung dan frustasinya kerasa. Selain itu, Brandon Flynn juga sukses banget ngacak-ngacak kesan dan simpati kita terhadap karakter Justin Foley, apakah dia ini baik atau a**hole.
Overall, Season 1 dari 13 Reasons Why ini fresh buat ditonton dengan cerita yang ngga cliche dan akting para pemain yang sampai ke hati.
What I Like The Most
The fresh story.
What I Dislike The Most
What happened to Jeff Atkins.
Favorite Quotes
“Hot chocolate is the cure for all things shitty in life.”
— Jessica Davis (Alisha Boe), Episode 2
My Final Rating
4/5
See the full list of my Netflix show rank here.
1 thought on “Review 13 Reasons Why Season 1 (Bahasa Indonesia)”
You must be logged in to post a comment.