Prolog
Beberapa waktu yang lalu, si suami lagi liat-liat Instagram dan nemu satu post tentang satu danau kecil tersembunyi yang bagus banget deh fotonya. Danaunya dikelilingi bebatuan gede dan pepohonan. Dilihat di tag place di atas fotonya, nama tempatnya adalah ‘Sanghyang Heuleut’. Setelah sedikit google, akhirnya hari Sabtu kemarin kita memutuskan buat kesana.
‘Heleut’ sendiri merupakan Bahasa Sunda yang artinya ‘selang antara dua waktu’. Kata ‘Hyang’ adalah keberadaan spiritual yang dimuliakan atau mendapatkan penghormatan yang khusus. Disandingkan dengan ‘Sang’, kata ‘Sanghyang’ jadi memiliki makna personalisasi atau identifikasi (source). Kenapa jadi supernatural dan mistis begini? Karena konon katanya danau alami ini merupakan tempat mandi bidadari yang turun dari Khayangan (source). Maka kemudian di Bahasa Inggris menjadi : ‘The Holy Lake’. Jadi jangan aneh juga kalau di peta di Google Maps nama tempat ini adalah The Holy Lake.
Perjalanan
By the way, percaya ga di Indonesia ada pohon bersalju? Nih saya kasih lihat.
Beneran salju kah? Jawabannya adalah : tentu saja bukan. Ini pohon ada di sekitar tambang kapur di Padalarang. Pohon=pohon ini kena kapur yang beterbangan sampai jadi putih begitu. Di daerah Padalarang ini memang banyak tambang salju kapur dan agak berdebu, jadi saya saranin pakai masker.
Lokasi dari Sanghyang Heuleut sendiri terletak di Cipatat, yang kemarin kita tempuh selama satu jam dari Bandung naik motor. Jadi dari Bandung ke Padalarang, lanjut ke Citatah, lalu Cipatat, dan masuk ke komplek waduk atau PLTA Saguling. Jalannya agak padat dan macet di Padalarang. Semasuknya dari komplek PLTA Saguling, kita akan menyusuri jalan besar yang kiri-kanannya penuh dengan pohon-pohon.
Sampai & Trekking ke Danau
Kita kesana dengan mengacu pada Google Maps, cari dengan keyword : ‘Sanghyang Heuleut’. Setelah sekitar 15 menit dari depan komplek PLTA Saguling ini, ada jalan bercabang dengan tulisan ‘Parkiran Sanghyang Heuleut’ dengan panah ke kanan. Tapi di Google Maps tujuannya masih agak jauh ke atas lagi. Setelah tanya-tanya katanya bisa parkir di tempat itu dulu, lalu nanti akan dipandu ke bawah untuk ke danaunya melewati bawah pipa PLTA. Tapi karena kita penasaran, akhirnya kita ke atas dulu ke titik point di Google Maps. Di atas, ada juga tempat parkiran objek wisata. Nah bingung kan. Setelah ditanya, katanya ijin resmi tempat masuknya tuh yang di atas ini. Disini juga ada tempat MCK, istirahat dan peta untuk ke dalamnya. Untuk bayarnya, per motor bayar Rp 20.000,00 dan per orang bayar Rp 5.000,00. Satu orangnya kemudian dapat satu botol minuman boleh pilih dari yang disediakan.
Dari tempat masuk objek wisata ini, kita boleh naik motor atau jalan kaki lagi ke dalamnya. Ga sampe ke danau ya tapi. Ke danaunya nanti masih jalan kaki lagi. Katanya dari tempat masuk ini ke tempat parkir motor kedua sebelum jalan kaki, kira-kira akan ngabisin waktu 10 menit naik motor atau 30 menit jalan kaki. Kita memutuskan buat naik motor lagi aja ke dalamnya.
Tapi, guys, jalanannya terlihat sangat bahaya ternyata. Sebelah kanannya jurang gitu.
Tapi udah kepalang gimana dong hahaha. Akhirnya sambil hati-hati dan berdoa kita lanjut ke pos parkir motor kedua. Dan bener sih, sekitar 10 menit kemudian kita sampai.
Terus kita lanjut jalan kaki. Jalanannya jalan setapak banget, dan danaunya berada jauuuh di bawah bebukitan. Jadi trek menuju danaunya ini turunan terus.
Harus hati-hati banget karena ga banyak yang sudah dibuat tangga, jadi lebih rawan untuk jatuh. Untungnya, ada penduduk situ yang baik banget katanya mending bawa tongkat biar lebih mudah. Kebetulan di sekitar situ ada beberapa kayu dan bambu bekas orang lain. Dan baiknya lagi, ada satu bambu yang terlalu tinggi untuk kita pakai, dan mereka bantuin dong untuk dipotongin bambunya! Jadi kemudian kita lanjut lagi dengan berbekal tongkat bambu dan kayu.
Perjalanan trekking ke bawah makan waktu berapa lama saudara-saudara? Satu jam. Iya, satu jam. Jauh ya ternyata. Apalagi jalanannya turunan gitu kan, jadi harus tahan-tahan pake kaki atau agak sambil jongkok gitu biar ga jatuh. Sampai bawah sudah keringetan banget dan lapar. Udah gitu, kaki juga udah berasa bergetar karena dipakai nahan terus. Saya kepeleset satu kali aja sih untungnya.
Pas keluar dari jalur trekking, kita sempet kaget. Ini serius danaunya kaya begini?
Sedih kan kalau iya, sempet mikir apa lagi dangkal aja ya airnya? Nah, pas banget di depan danau dan keluar dari jalur trekking itu ada warung. Jadi kita duduk dulu, istirahat. Ibu pemilik warungnya bilang kalau Sanghyang Heuleut-nya masih ke atas lagi menyusuri bebatuannya.
Nah terus di warung nya kita tergoda sama satu makanan yang pasti sangat sangat dicintai kalau kamu orang Indonesia. Apa itu? Jawabannya adalah : mie instan. Soalnya lapar banget juga. Kita berangkat jam 8, sampai komplek PLTA jam 9, sampai di tempat masuk objek wisata jam 9.30 an, sampe bawah jam 10.30 an. Apalagi kantor suami dan temannya ini jadwal istirahat siangnya jam 11. Jadi daripada nanti kelaparan ya, mending makan dulu.
Abis makan kenyang, suami dan temannya (kita bertiga kesini) ganti baju buat siap-siap mau berenang di danaunya. Abis itu kita langsung lanjut mendaki bebatuan. Tas dan tongkat yang tadi dibawa dititip di warung si ibu.
Ini tuh baru setengah, guys, kita masih mendaki lagi ke atas tumpukan batu-batu di gambar atas itu. Buat medan yang agak susah sudah dibuatkan tempat pijakan, jembatan, atau tangga dari kayu seperti di foto atas. Jadi ga terlalu sulit sih buat dijalani. Sesampainya di atas, yang pertama kita lihat adalah bebatuan super gede banget, super gede beneran.
Agak ke kanan dikit dari foto di atas, bebatuannya agak lebih pendek dan kita bisa intip danaunya kaya gimana. Dan, guys, cantik banget danaunya.
Apalagi ada daun-daun berguguran gitu. Ga jadi kaya kotor berantakan malah jadi cantik kaya kelopak bunga. Si suami dan temannya yang udah siap-siap berenang memutuskan untuk menyewa life vest, karena kayanya dalem banget deh danaunya. Harga sewanya Rp 15.000,00 per orang.
Di sebelah dalam dari danau ini ada air terjun kecil yang mengalir ke batu ukuran sedang yang bisa dipanjat. Untungnya kita bawa GoPro, jadi bisa ambil foto di bawah ini. Walaupun dengan bodohnya ga bawa tongkatnya haha. Jadi si suami harus pegang erat-erat si GoPro kalau ga bisa tenggelam, nangis kita.
Menurut si suami, airnya dingin, tapi segar sekali. Setelah lumayan lama berenang santai dan berenang menuju ujung danaunya, si suami jadi penasaran buat loncat dari tebing tinggi di sebelah kanan. Soalnya ada rombongan yang disana bareng kita dan mereka semua pada loncat. Buat naiknya sudah ada tali untuk membantu merayap naik. Setelah sebentar nimbang-nimbang, akhirnya si suami memutuskan buat loncat juga. Tebingnya memang lumayan tinggi, tapi danaunya juga lumayan dalam, jadi ga takut akan menabrak bebatuan di bawah.
Setelah puas berenang, kita pindah posisi ke sebelah kiri dari danau, dan ternyata jauh lebih cantik. Bebatuannya lebih keliatan membingkai danaunya.
Tjuakeup ya danaunya. Pantas kepercayaannya disini tempat bidadari berenang. Percaya saya kalau lihat foto nya kaya di atas mah. Dan itu airnya emang kaya gitu. Ga biru sih emang, tapi ga kotor. Dan batu-batunya yang gede banget, ditumbuhi sama pepohonan itu juga bikin The Holy Lake ini jadi lebih cantik.
Setelah puas foto-foto di angle yang ini, kita memutuskan buat balik ke warung si ibu untuk ganti baju lagi dan kemudian jalan pulang.
Perjalanan Pulang
Berhubung tadi pas berangkat turunan semua jalanannya, pas balik tentu aja jadi tanjakan semua. Dan yaampun, nanjak di treadmill mah ga ada apa-apanya banget. Abis satu tanjakan pertama, kira-kira 15 menit, kita bertiga langsung berhenti dulu. I can hear my heartbeat in my ear, beneran. Nafas abis, jantung ga kira-kira deg-degannya. Terus abis istirahat jalan lagi kan. Tapi ga tahan lama, 10-15 menit kemudian berenti lagi huhu. Sampai agak atas mulai kerasa mules. Padahal udah bisa liat starting point trekking nya.
Sampai di atas, kita semua duduk ngaso dulu, dan beli minum. Oh ya, disini penduduk nya pada baik, harga barang-barang juga belum dimahalin banget. Satu botol air mineral harganya Rp 5.000,00 aja dimana-mana.
Overall,
Sanghyang Heuleut ini cantik banget, guys. Air di danaunya ga keruh dan segar. Penduduknya pada baik hati semua. Buat yang suka post foto-foto cantik di Instagram, boleh banget yaampun. Ayok liat lagi fotonya biar kesengsem:
Nah, tips buat kalau mau kesini:
- Bawa makanan! Soalnya trekking nya lumayan jauh. Di bawah ada sih indomie dan ayam penyet gitu. Tapi bawa buat ganjel-ganjel kaya roti atau bolen gitu oke banget.
- Bawa baju ganti, supaya bisa berenang di danaunya.
- Bawa air minum yang cukup, bikin haus banget soalnya trekkingnya.
- Pake sepatu olahraga, karena sekali lagi : trekking.
- Mungkin bisa mempertimbangkan buat masuk lewat jalur satunya, katanya jalurnya ga separah ini.
Ayo guys, dikunjungi juga The Holy Lake ini, siapa tau bisa ketemu bidadari kan, uhuy. Atau buat sekedar foto-foto juga oke banget.
Adios!
—
Sanghyang Heuleut
Rajamandala Kulon, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 43283
Buka jam 8 – 16.00
You must be logged in to post a comment.