Sudah Isi Belum?

Hari Sabtu kemarin, salah satu sepupu saya ada yang melaksanakan prosesi sangjit, yang merupakan salah satu acara seserahan yang umumnya dilakukan sebelum pernikahan di tradisi Cina. Umumnya yang ikut membantu dan memeriahkan di acara ini adalah keluarga-keluarga dan teman-teman dekat. Maka dari itu banyak juga orang-orang yang mengetahui saya baru saja menikah.

Baca juga : I Got Married!!

Dan pertanyaan yang tidak bisa dihindari, entah karena reflek aja nanya begitu ke orang yang baru menikah, atau mungkin kepo juga:

“Udah isi belum?”

Sebenarnya pertanyaan ini gak kenapa-kenapa, sih. Yang kadang agak menyebalkan adalah kalimat selanjutnya.

“Cepetan atuh isinya!”

“Oh kenapa? Jangan lama-lama lah, jangan ditunda-tunda juga.”

“Oh, gak apa, anak tante juga dulu habis 9 bulan baru isi.”

Entah kenapa, umumnya di society kita, sehabis menikah itu ‘sebaiknya’ atau ‘seharusnya’ terus lantas punya anak. Dan orang-orang yang belum punya anak agak lama setelah menikah itu dikasihani, atau bahkan kalau terlalu lama sampai bertahun-tahun malah suka dijelek-jelekkan.

Menurut saya, punya anak itu membutuhkan banyak persiapan, mental dan materi. Dan kalau satu orang dari suatu pasangan saja merasa belum siap entah secara mental atau materi, maka sangat wajar kalau mereka belum mau punya anak. Karena punya anak itu tugas berat, loh, semua prioritas hidup pasti bergeser. Semua yang ingin dicapai dan dibeli juga bergeser.

Maka sejujurnya saya masih merasa belum siap kalau misalnya prioritas atau apa yang saya inginkan harus digeser. Saya juga takut kalau nantinya si anak harus hidup susah karena ibunya stress dengan hidupnya. Karena pada dasarnya seorang anak harus dibesarkan dengan kasih bukan? Kalau ibunya aja stress, kasih dari mana yang bisa diberi? Dari mata turun ke hati? (Ngasal, LOL).

Nah jadi salah satu alasan lain merasa risih kalau ditanya begitu adalah bagaimana cara menjelaskannya. Dan terkadang penjelasan nya pun ditangkis dengan sigap.

“Oh iya, belum mau, masih belum siap.”

Dan kemudian datanglah lanjutan pertanyaan ataupun tangkisan yang akan malah menambah banyak kepulan asap di kepala.

“Wah kenapa? Apa lagi yang ditunggu?”

“Eh jangan ditunda-tunda loh, ga baik.”

“Sampai kapan juga ga bakal siap, tenang aja, anak itu bawa rejeki.”

Saya mah orangnya realistis sekali, I just simply don’t believe that. Buat saya, rejeki itu sesuatu yang kita cari, bukan yang akan turun plek begitu saja di pangkuan kita. Kim Kardashian West aja rejekinya dicari sendiri, sampai meluncurkan make up line KKW Beauty nya. Selain dari itu, ada banyak lagi juga frase kelanjutan jawaban lainnya yang akan membuat kepala dan hati makin panas. Jadi biasa saya malas menjawab panjang lebar dan cukup jawab hanya dengan “Iya, belum.” Dan kemudian cari jalan keluar, misal pura-pura mau ambil kue, HAHAHA. (Sekalian kan.)

Di sisi lain, tidak ada salahnya juga sehabis menikah itu langsung punya anak, kalau suami istri sudah merasa siap, atau sudah berani untuk menyiapkan diri. Anak itu berkat, betul. Beda loh ya, sama frase “Anak itu bawa rejeki”. Dan kalau kedua orang tua nya dari awal tidak merasa terbebani dengan punya anak, maka menurut saya ‘berkat’ yang akan dibawa anak itu akan melipat ganda.

Jadi semuanya memang kembali lagi ke masing-masing pasangan, Sudah siap atau belum? Sudah bisa memberanikan diri untuk siap apa belum? Apapun itu keputusan yang diambil setiap pasangan, percayalah kalau keputusan itu baik adanya. Dan sebaiknya kita hormati.

Bagaimana dengan kalian? Apakah kesal juga kalau ditanya ‘Udah isi belum’? Apakah kalian menunda mempunyai anak? Atau malah ga sabar?