Jadi, selama kemarin muter-muter di Yogyakarta itu, kita menginap di Woodpecker Pavilion, di daerah Demangan. Seperti biasa, saya dan suami menunda booking hotel sampai hari H minus satu bulan karena emang belum yakin bakal jalan-jalan. Apalagi kali ini karena bakal ramean banget. Ada keluarga saya dan keluarga suami juga, kami total berdelapan liburannya. Ga yakin apakah semua bisa ikut, karena masing-masing kan punya pekerjaan berbeda-beda. Jadi kami baru mulai cari setelah kami semua sudah konfirmasi bisa ikut. Dan ya itu, udah tinggal H minus sebulan. Cari hotel H minus sebulan sebelum Lebaran itu sedih ya. Harganya udah pada tinggi dan udah banyak yang abis juga kamarnya. Setelah cari-cari yang paling masuk budget dan lokasi yang kita inginkan yaitu si Woodpecker Pavilion ini. Kita menginap dari tanggal 5 sampai 8 Juni 2019, pas di hari Lebaran-nya.
Baca juga : Hangatnya Pijar Yogyakarta di Jalan Malioboro
Woodpecker Pavilion ini tempatnya ada di daerah Demangan Baru, dekat kampus UIN. Masuk sedikit ke dalem, tapi di tengah kota banget. Emang kita sengaja cari yang di tengah kota biar kalau mau kemana-mana gampang. Ke Malioboro aja 20 menit sudah sampai. Woodpecker Pavilion ini berada di satu gedung dengan Sua Coffee dan Alluvio Photography.
Parkirannya lumayan, bisa menampung sekitar 8 mobil. Waktu pertama kita sampai sih sepi banget, cuma ada dua mobil lainnya. Tapi itu hari Lebarannya sih, jadi coffee shop yang di sebelahnya, Sua Coffee, juga tutup. Beberapa hari setelahnya waktu coffee shop nya udah buka sih lumayan susah parkirnya. Tapi waktu itu kami diperbolehkan parkir di ruko sebelah.
Kita waktu itu book 3 kamar untuk 3 malam. Kita kebagian di lantai tiga. Untuk ke lantai tiga sendiri bisa naik tangga atau naik lift. Tapi ini lift nya super kecil sekali. Cuma bisa muat 6 orang aja. Di lorong kamarnya di kiri kanannya ada batu-batu putih yang biasa di taman itu loh, dan diterangi lampu kuning temaram. Batunya sih ga ada fungsinya, tapi lorongnya jadi cantik.
Di lantai dua ini juga disediakan ruangan bersama untuk musholla. Sedangkan di lantai tiga disediakan lounge dan balkon yang cantik.
Karena memang berada di satu gedung dengan Alluvio Photography, jadi di lantai duanya satu lantai dengan kantor fotografinya, kita bisa lihat ada banyak prop untuk foto.
Sampai di lantai 3, saya dan suami dapat kamar yang paling dalam. Untuk kamarnya sendiri cantik dan bersih. Lantainya sudah dilapis parkit kayu dan dinding di belakang tempat tidur berupa batu bata merah.
Dinding di belakang tempat tidur yang berupa susunan batu bata merah tersebut sudah dilapis supaya lebih shiny. Dan yang bikin cantik itu di dindingnya diberikan quote yang di print dalam ukuran besar. Selain itu, di langit-langitnya juga diberi celah untuk lampu kuning.
Dinding di belakang tempat tidur ini ternyata berbeda-beda setiap kamarnya. Selain berbeda quote-nya, ada juga kamar yang dindingnya berupa batu bata yang dicat putih.
Yang dibawah ini quote nya kurang satu kata sih sesungguhnya. Tapi saya suka tipografinya.
Nah ini ada satu kamar yang dindingnya berupa batu bata dicat putih.
Toiletnya sendiri tidak besar, tapi cukup nyaman dan lega untuk dipakai. Ada wastafel kecilnya juga yang di sampingnya disisipin dental kit dan satu gelas.
Di wc-nya, di sebelah toilet duduknya, di-install cermin yang ga tembus itu loh. Ini dibawah adalah foto cerminnya. Tapi ga bisa lihat koq, dari kamar ga keliatan ke WC, dari WC juga ga keliatan ke kamar.
My only complain would be the bathroom mat. Kesetnya sendiri cantik sih ada tulisan-tulisannya. Tapi bahannya kasar gitu. Jadi kalau abis mandi, atau abis ngapain pun di WC terus keluar kaki disambut sama yang kasar-kasar gitu, dan tidak terlalu terasa menyerap air juga.
Moving on, di masing-masing kamar ini ada balkonnya loh, yang menghadap ke pinggir. Masih bisa lihat jalan sih sedikit. Di balkon disediakan satu kursi saja dari rotan. Jadi waktu malam keberapa itu pas kita makan indomie di hotel, harus tarik kursi dari dalam.
Iya, kami selalu bawa indomie dan kompor listrik kecil kalau menginap. Kalau jalan-jalan belum makan indomie mah kurang afdol. Kita juga selalu bawa satu kotak bekal berbentuk mangkok, sumpit, alat makan untuk makannya dan sunlight serta sabut buat cuci-cuci. Well prepared banget deh buat masak indomie lol. Waktu itu lagi bawanya indomie goreng chitato.
Yang saya suka sekali dari kamar ini adalah pemandangan paginya. Habis subuh sewaktu matahari belum lama terbit, cantik banget keliatannya dari balkon kamar. Foto dibawah ini diambil jam 6 pagi sebelum berangkat ikut tur Merapi.
Selain itu, tentu juga disediakan dua air mineral botol, satu termos elektrik, teh, kopi, dan dua cangkir untuk dipakai.
Untuk breakfastnya kita dapet dari book kamar. Per kamar dapat jatah 2 orang. Kalau mau tambah bisa bayar Rp 45.000,00 per orang tapi kalau bisa kabarin malam sebelumnya supaya bisa disiapkan oleh pihak hotel. Berhubung waktu itu emang cuma sewa 3 kamar dan kita berdelapan, jadi kami memutuskan buat nambah 2 pax. Sarapannya sendiri di depan lobi, di sebrang coffee shop-nya.
Makanannya sendiri prasmanan gitu, ada nasi dan dua sayur. Selain itu juga ada kue-kue dan buah-buahan. Minumnya ada air putih dan teh. Kalau mau kopi bisa pesan ke resepsionis, nanti diteruskan ke bagian dapur untuk dibuatkan.
Makanannya beda-beda sih tiap paginya. Waktu pagi pertama ini ada nasi dan sayur pakcoy. Dan di dekat hotel, jalan kaki sedikit itu ada soto ayam yang berjualan di gerobak gitu. Jadi kita sempat beli soto juga buat nemenin makan paginya. Nah waktu pagi ketiga itu kita rencana mau berangkat pulang ke Bandung subuh-subuh. Jadi awalnya tanya kalau minta diungkusin sarapan simple aja bisa atau ngga. Katanya ga bisa. Tapi pas besok paginya ditanya lagi, langsung sigap dibungkusin. Agak lama sih bungkusnya, tapi ternyata yang dibungkusin itu bukan cuma sarapan simpel. Beneran nasi + opor ayam + tahu dan perintilan lainnya, baik banget deh.
Untuk rasanya sendiri, kalau untuk makanan asinnya sih enak-enak aja. Apalagi opor ayam yang dibungkusin di hari terakhir itu ya, enak banget loh. Salah satu makanan terenak waktu dari Yogyakarta kemarin haha. Tapi untuk yang manis seperti kue, molennya gitu sih biasa aja.
So overall,
This hotel is a decent place to spend the night. Tempatnya di tengah kota, mau kemana-mana gampang. Sedikit kurangnya hanya karena terdengar banyak suara gonggongan anjing dan di lobi itu ada tercium sedikit baunya. Dan sewaktu coffee shop-nya buka parkirnya jadi lebih sulit. Tapi dari kamar, fasilitas, dan breakfast sih kita merasa hotel ini cukup oke. Kamarnya cantik, lantainya enak karena sudah dilapis parkit kayu, ranjangnya juga oke. Breakfast-nya untuk makanan utamanya enak, apalagi ayam gulai di hari terakhir itu, enak banget itu. Oh ya, kamar hotelnya akan dibersihkan kalau kita minta saja. Jadi kemarin itu kita tinggal tanpa bilang apa-apa sih ga dibersihkan. Kita sih justru lebih suka yang kaya gitu.
Info kamar yang kami tempati:
Tanggal menginap : 5-8 Juni 2019 (Lebaran)
Tipe kamar : 3 x Deluxe Double or Twin Room
Harga per kamar : sekitar Rp 666,859
Harga total (termasuk makan pagi) : Rp 6.001.731,00
Pesan melalui : Agoda
—-
Woodpecker Pavilion
Jl. Kenari / Jl. Demangan Baru No.4
Demangan Baru, Caturtunggal, Kec. Depok
Kabupaten Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta
55281
(0274) 2921149
You must be logged in to post a comment.