Hangatnya Pijar Yogyakarta di Jalan Malioboro

Dulu waktu saya masih sekolah, saya pernah mengunjungi Jalan Malioboro yang terkenal ini sebanyak 2x. Sekali bersama keluarga waktu masih SD dan sekali lagi sewaktu SMA dan sekolah saya study tour ke Yogyakarta. Dari dua kali saya kesana, yang saya ingat hanya tempatnya sangat sangat ramai dan banyaknya penjual di kiri kanan jalan. Jaman dulu, tahun 1990 akhir dan 2000 awal, yang paling banyak dijual adalah produk Dagadu Jogja. Jadi ekspektasi saya ke Malioboro kali ini adalah keramaian yang sama.

And I hate crowd.

Apalagi ini berdelapan. Waduh. Mental dan hati sudah disiapkan untuk berada di tempat ramai yang orang-orangnya sibuk. Pun dengan bawaan sudah disiapkan akan keramaian yang identik dengan hawa panas dengan membawa tissue dan kipas angin kecil portable. Tempat menginap kami ke Jalan Malioboro tidak terlalu jauh, hanya dalam waktu kurang dari 20 menit kita sudah bisa melihat keramaian Jalan Malioboro yang penuh dengan manusia. Yang susah, adalah cari parkirnya.

Dari research yang sudah dilakukan, kita tahu bahwa ada satu bangunan yang disiapkan untuk tempat parkir. Masalahnya, bangunan parkir ini pintu masuknya ditutup semua. Dan berdasarkan paham kita, disitu adalah tempat parkir paling nyaman untuk ke Malioboro. Jadi setelah terlewat, kita rela-relain berputar lagi untuk kembali ke tempat parkir ini. Yang kali kedua ini, kita dibukakan pintu gerbangnya setelah saya turun dan bertanya ke petugas yang berjaga.

heytheregrace.com | Parkiran di Malioboro, Yogyakarta

heytheregrace.com | Malioboro, Yogyakarta

Setelah yakin mobil terkunci, kami jalan kaki ke arah Jalan Malioboro yang berada di seberang gedung parkir. Sewaktu menunggu yang lain ke toilet, saya dan suami menunggu di depan gerbang parkir. Yang kita tidak sadar adalah waktu itu ternyata sore udah sesore-sorenya. Warna langit berubah dari biru keputihan menjadi biru bercampur warna lilacAnd that, is why I am so grateful that we took pictures. I guess Karl Lagerfeld is right when he said photographs captured a moment that’s gone forever, impossible to reproduce.

heytheregrace.com | Malioboro, Yogyakarta

heytheregrace.com | Malioboro, Yogyakarta
Lilac sky with the addition of purple light and the crowd in Jalan Malioboro

Kita akhirnya menyebrang ke Jalan Malioboro yang terkenal dan sesuai ekspektasi, tempat ini ramai seramai-ramainya. Terutama pos nama jalan yang amat sangat terkenal dan overused untuk foto bukti kita pernah mampir di Malioboro atau Yogyakarta.

heytheregrace.com | Malioboro, Yogyakarta
The famous street mark of Jalan Malioboro

Well, all things must come to an end. The night has come and the lilac sky turns darker and darker into the night skyDark sky and crowd. This, is the Malioboro I remember.

heytheregrace.com | Halte di Malioboro, Yogyakarta

heytheregrace.com | Malioboro, Yogyakarta

Yang baru buat saya, adalah kalau Malioboro ternyata sudah tertib. Trotoar sudah sangat luas dan bersih dan bagus dilengkapi dengan banyak tempat duduk. Di satu sisi jalan berderet toko-toko dan penjual-penjual pinggir jalan. Di sisi sebrangnya, berderet warung makanan dan penjual sate emperan. Pertokoan di satu sisi dan makanan di sisi lain. Very nice.

Karena sudah malam dan perut lumayan mulai memanggil-manggil, kita memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Kita menyeberang ke sisi jalan yang penuh dengan warung makan berjejer-jejer berdampingan. Kebanyakan menjual makanan yang sama dengan gaya lesehan yang sama. Salah satu worry saya makan di pinggir jalan adalah tidak adanya daftar harga yang bisa membuat penjual memutuskan harga semena-mena sewaktu kita bayar. Tapi, di Yogyakarta ini katanya semua sudah dihimbau oleh Sultan untuk memberi harga yang wajar-wajar. Jadi jangan takut kalau mau makan. Tapi kembali lagi ke persoalan awal. Makan di mana? Warung yang mana? Akhirnya kami memutuskan untuk pilih satu tempat yang ramai tapi masih ada tempat duduk.

heytheregrace.com | Makan Lesehan di Malioboro, Yogyakarta

heytheregrace.com | Makan Lesehan di Malioboro, Yogyakarta

Tempat kami makan ini sebenarnya menunya banyak. Tapi tentu yang paling menarik adalah ayam gorengnya. Karena sudah dipajang segentong potongan ayam siap digoreng. Jadi kami pesan ayam goreng, kangkung, dan adik saya pesan burung dara.

heytheregrace.com | Malioboro, Yogyakarta

heytheregrace.com | Malioboro, Yogyakarta

heytheregrace.com | Malioboro, Yogyakarta

heytheregrace.com | Makan Lesehan di Malioboro, Yogyakarta

Dan tentu saja, apapun makannya, minumnya harus Teh Botol Sosro. Can’t argue they have the best tagline ever. Somebody should really gave the one who came with it a big bonus still

heytheregrace.com | Makan Lesehan di Malioboro, Yogyakarta

Yang di mangkok hijau dan biru itu air kobokan ya. Jadi jangan diminum. Buat yang belum tahu, air kobokan ini untuk membersihkan tangan ketika hendak dan selesai makan pakai tangan.

Rasanya sih sebenarnya biasa aja. Ayamnya ada yang masih merah-merah juga. Tapi yang bikin seru adalah suasana makan lesehan di Jalan Malioboro-nya. Ada perasaan berbeda yang datang dari makan ayam goreng pakai tangan dan lesehan di Jalan Malioboro sambil menonton orang lalu lalang. (Dan nontonin sendal juga jangan sampai hilang LOL). 

heytheregrace.com | Makan Lesehan di Malioboro, Yogyakarta

Setelah makan kami sempat menyeberang dan melihat-lihat pertokoan yang ada. Ada yang jual batik, baju khas Yogyakarta, kerajinan tangan, dreamcatcher, dan banyak lainnya. Sempat mampir dan mati gaya juga sih menunggu rombongan belanja batik. Tapi setelah selesai kita kemudian jalan lagi. Jadi di deretan pertokoan ini ada gedung mall kecil, di dalamnya ada McDonald’s juga. Jadi kalau yang gamau makan lesehan bisa makan kesini. Dan di seberangnya ramai delman/andong lagi parkir menunggu penumpang. Kita ga naik sih, karena ramai sekali jalanannya. Tapi harganya katanya normal-normal aja sih.

heytheregrace.com | Delman di Malioboro, Yogyakarta

Setelah puas lihat-lihat pertokoan (sampai pusing sendiri karena semakin malam semakin ramai), kami kembali ke arah parkiran. Tapi tujuan utamanya belum untuk jalan pulang. Melainkan untuk makan wedang ronde yang posisinya tepat di depan pintu masuk parkiran mobil, namanya Anugerah Ronde.

heytheregrace.com | Wedang Ronde at Malioboro, Yogyakarta

I love, love, love wedang ronde so so much. Terakhir makan di Salatiga waktu masih sekolah dulu, udah lama banget. Tapi saya masih ingat sekali kesan makan wedang ronde di lesehan pinggir jalan malam-malam di Salatiga dulu. Wedang ronde yang pernah saya makan di daerah Jawa Tengah/Yogyakarta/Jawa Timur ini beda sama wedang ronde di Bogor/Bandung/Jakarta. Biasa kalau beli wedang ronde itu isinya hanya rondenya saja, pakai air jahe atau air gula biasa. Nah kalau di daerah Jawa Tengah ke kanan ini biasanya isinya seperti sekoteng ditambah ronde.

heytheregrace.com | Wedang Ronde at Malioboro, Yogyakarta

heytheregrace.com | Wedang Ronde at Malioboro, Yogyakarta

heytheregrace.com | Wedang Ronde at Malioboro, Yogyakarta

Wedang ronde ini enak, rasanya pas. Rasa jahenya tidak terlalu pedas dan isinya banyak. Kita juga boleh pilih mau pakai susu atau tidak. Agak lupa harganya tepatnya berapa, tapi satu porsinya ga sampai lima belas ribu. Apalagi dimakan malam-malam sambil menonton keramaian Malioboro.

heytheregrace.com | Wedang Ronde at Malioboro, Yogyakarta

 

Ternyata, setelah lama sekali tidak mampir, Jalan Malioboro ini masih saja ramai. Dulu saya selalu bingung kenapa sih pada bilang kalau ke Yogyakarta belum lengkap kalau belum ke jalan yang dalam Bahasa Sansekerta-nya  berarti karangan bunga ini (Malyabhara). Now I understand. Jalan Malioboro ini terasa sehangat wedang ronde yang saya makan dan sehangat perasaan makan lesehan bersama keluarga.

Jadi, di Malioboro ada apa aja? Jawabannya : makanan, belanjaan, dan rasa hangat kota Yogyakarta.

Adios!

 

heytheregrace.com | Malioboro, Yogyakarta

 



2 thoughts on “Hangatnya Pijar Yogyakarta di Jalan Malioboro”