Jadi ceritanya, pergi ke Gunung Api Purba Nglanggeran ini acara yang diselipin pagi-pagi waktu kita mau berangkat sih, haha. Sebenarnya hari itu tuh maunya ke tempat wisata lain di daerah Gunung Kidul, tapi tempatnya cuma bisa foto-foto aja, koq kayanya sebentar juga kelar ya. Jadi akhirnya saya putuskan buat yaudah kita mampirin aja dulu ke gunung api purba ini. Kalau di foto-foto kayanya cakep banget pemandangannya dan mengingatkan saya sama salah satu tebing di Lombok yang pemandangannya mirip tapi ga butuh cape-capean. Tinggal parkir mobil terus cus jalan kaki sedikit. Saya pikir akan kaya gitu juga. Tapi ternyata….jengjengjeng Gunung Api Purba Nglanggeran ini mah butuh di-trekking. LOL.
Ini mah full on ‘desa wisata’. Pas sampe di parkiran saya bingung-bingung gitu ini mana gunungnya deh. Yang difoto-foto orang mana deh. Ternyata pas nengok ke atas…yak spot fotonya ada di atas saudara-saudara haha.
Setelah tanya ke loket, per orangnya kena biaya Rp 15.000,00. Terus dijelaskan juga kalau trekkingnya itu ada 5 pos, untuk sampai atas butuh 1 jam trekking. Jengjeng, saya kira cuma tinggal foto doangan loh. Kurang matang emang ini riset-risetnya haha. Mana saya saltum lagi pake kemeja dress gitu. Tapi udah sampai nih, masa balik lagi. Katanya yang paling lama itu memang mencapai pos 1 nya, bisa 15 menit sendiri. Jadi akhirnya kami memutuskan buat yaudah trek aja sampai pos satu at least.
Jalan masuk ke area trekking nya bagus gitu, rapi dan ada hall/mushola besar. Saya pikir okelah, ini kayanya udah dirapiin jalur trekkingnya, paling nanjak-nanjak doang. Dan juga, nothing will beat our trekking experience to Sanghyang Heleut. Tapi, pas udah lewat bagian depannya langsung keliatan kalau area trekking-nya lumayan challenging. Yhaa. Mana pake rok pula ini saya.
Gunung Nglanggeran ini adalah gunung api purba, gunung api yang sudah tidak aktif lagi. Dan jalur trekking-nya penuh dengan batu-batu yang sangat besar di kiri-kanannya. Belum apa-apa, belum sampai 10 menit aja kita langsung harus melewati terowongan yang berada di himpitan dua batu besar.
Ada juga batu-batu yang atasnya dihias menyerupai kerangka binatang, dan juga yang dibuat untuk space duduk.
Jadi dari awal kami memulai trekking ini sudah terlihat banyaaak batu-batuan besar-besar.
Belum lama berjalan, langsung ada satu spot yang disediakan untuk berfoto. Spot yang ini harus naik tangga dan di atasnya dibuatkan tempat berfoto berbentuk sangkar burung.
Setelah foto-foto yang makan waktu agak lama karena yaampun para orang tua itu senang berfoto ya haha, kami lanjut mendaki. Sempet ngelewatin pondok untuk tempat istirahat juga.
Di jalur pendakian ini ada beberapa tanda yang mengingatkan kita untuk sayang lingkungan. Tulisan di papan penandanya ga seromantis pas di Puncak Giri sih memang, tapi tetap bahas-bahas tentang pacar juga haha.
Baca juga : Best Greenery View at Puncak Giri Sunrise Point Cukul, Pengalengan
Nah abis itu kita ketemu satu medan yang waw banget. Kenapa? Karena ini tangga yang diapit dua batu gede banget. Sempit banget cuma muat satu orang dan agak miring gitu. Buat saya yang sedikit klaustrofobia ini parah banget. Sebelum naik aja udah kepikiran aduh kalau salah satu batu ini bergerak nanti pejret dong kita. Padahal kemungkinan batu-batu besar banget ini bergerak aja kecil banget kan.
Habis itu, pas udah mau sampe atas tuh ada batu gede keganjel di antara dua atapnya yaampun. Pas lewat bawahnya deg-degan gitu.
Tapi setelah kita naik ini kita sampai di area yang diapit dua tebing besar. Kalau dari awal kita sudah merasa luar biasa besar dan kuatnya semesta dari batu-batuan besar di sepanjang jalan, disini makin terasa besarnya kekuatan alam, karena tebing-tebing batu ini besar dan kokoh banget dan kita cuma manusia kecil yang ditiban batu kecil aja nangis.
Buat lebih jelasnya tebing batunya itu setinggi-tinggi ini loh:
Ini saya salah kostum banget ga sih pake kemeja dress gitu huhu. Soalnya emang kurang riset kalau kesini itu ternyata butuh trekking. Tapi sendal Birkenstock yang karet ini surprisingly enakeun buat trekking gini. Ga licin sama sekali dan nyaman aja gitu dipakenya. Ini kalau dari spot ini kita berbalik badan, masih keliatannya itu tetap tebing-tebing batu besar juga. Benar-benar disini kita dikelilingi tebing-tebing besar.
Dan dipenuhi juga sama pohon-pohon yang hijau sehat dan cantik gitu. Kadang kalau jalur trekking kan hijaunya suka rumput-rumput liar aja biasanya. Kalau ini banyak pohon-pohon besar rindang gitu. Habis dari sini kita lanjut lagi jalan. Ga jauh dari sini kita sudah sampai di pos yang terakhir kami kunjungi. Ini sebenarnya baru pos tiga dari lima yang ada.
Di area ini ada banyak tebing yang bisa dinaiki dan ada yang menjorok agak ke luar. Masih berupa tebing batu, tapi ada juga rumput baik yang hijau ataupun yang kering.
Here’s a video of the scenery because pictures don’t do justice at all!
Waktu itu udah jam setengah dua belas dan kita ga ada persiapan apa-apa jadi ga bawa makanan. Sudah masuk jam makan siang dan banyak dari rombongan kami yang punya sakit maag. Padahal semua masih semangat ingin naik dua pos lagi biar sampai puncak. Karena dari foto-fotonya puncaknya cakep parah. Tapi daripada pada sakit maag semua akhirnya dari sini kami memutuskan untuk turun. Jalur turunnya ini rapi juga, udah dibuatkan tangga dan pegangannya.
Jalanannya dipenuhin daun-daun kering berguguran.
Nah di perjalanan turun ini, ada warung kejujuran dong! Buat yang belum tau, warung kejujuran itu warung yang ga ada yang jaga. Jadi dipercayain aja ke pembeli untuk ambil barang dan taro sendiri uangnya di toples. Jarang banget ketemu warung kejujuran ini, apalagi di jalur trekking. Kalau ketemu dibeli yang benar yaa teman-teman. Waktu itu kita bawa minum masing-masing sih. Tapi pingin banget minum yang dingin. Jadi kita mampir buat beli minuman dingin.
Habis itu kita sempat istirahat sebentar di gubuk dekat situ sambil minum. Lalu lanjut jalan turun lagi. Ada rumah penduduk dan juga kandang ternaknya. Di samping-sampingnya penuh pepohonan atau ada juga batu-batuan besar. Jalanannya udah bagus dan bersih juga.
Ga lama kemudian, kami akhirnya sampai di bawah lagi. Ga kerasa cape sama sekali, padahal kami mulai naik trekking itu jam 8, dan ini sampai di bawah jam setengah dua belas. Kerasanya malah seger banget. Pas sampe bawah ga langsung sampe di parkiran, agak lebih maju sedikit pintu keluarnya. Jadi jalan kaki sedikit untuk ke parkiran, lewat pinggir jalan jadi harus hati-hati. Tapi di sebrangnya tuh sawah, cantik deh.
Habis itu sampai di parkiran kita semua ke toilet tentunya haha. Saya ini tim selalu mampir setiap ada toilet soalnya. Beser parah. Pada begitu juga ga sih? Tapi terus abis dari toilet ga langsung pulang dong. Kenapa lagi kalau bukan gara-gara kepincut jajanan hahahaha. #timharusjajansebelumpulang
Di sebelah parkirannya ada yang jualan bakso bakar dan rujak. Beli yang mana? Beli dua-duanya dong hahaha.
Itu adik saya malah nyebrang biar makan baksonya sambil memandangi sawah haha. Soalnya emang sawahnya masih asri banget gitu sih, dikelilingi pohon-pohon dan langitnya pun masih biru.
Habis puas jajan (dan nambah!) akhirnya kami pulang untuk lanjut makan siang.
Overall, Gunung Api Purba Nglanggeran ini oke banget. Jalur trekking-nya seru banget, dan pemandangannya pun bagus banget. Bahkan mami mertua saya aja seneng banget bisa trekking disini. Saya pribadi sih pengen banget balik lagi kesini buat trekking sekali lagi sampai puncaknya.
Sedikit tips sebelum mengunjungi Gunung Api Purba Nglanggeran :
- pakai pakaian dan sepatu yang cocok buat trekking ya (jangan saltum kaya saya)
- bawa minum masing-masing karena jalur trekkingnya lumayan jauh
- bawa cemilan buat mengganjal perut kalau lapar, soalnya ga ada yang jualan jajanan di tengah jalurnya
- bawa kamera karena view-nya bagus sekali
Adios!
—
Gunung Api Purba Nglanggeran
(Ancient Volcano Nglanggeran)
Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta
1 thought on “Trekking Gunung Api Purba Nglanggeran, Yogyakarta”
You must be logged in to post a comment.